• Tentang UGM
  • Fakultas Teknik
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Teknik
Pusat Kajian Sumberdaya Bumi Non-Konvensional
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Selamat Datang
    • Sambutan Rektor UGM
    • Perjalanan Kami
    • Pengurus
    • Mitra
    • Peneliti
    • Hubungi Kami
  • Artikel
  • Berita & Acara
  • Penelitian
    • Penelitian Kami
    • Topik Penelitian
    • CCUS
  • Publikasi
    • Paten
    • Jurnal
    • Prosiding Seminar
  • Perspektif
  • EASTEM – UGM
    • UGM
    • EASTEM
    • SGLC-ERIC
      • About SGLC-ERIC
      • Activities
  • Beranda
  • mineral
  • mineral
Arsip:

mineral

Arah dan Perkembangan Industri Pertambangan Mineral di Indonesia

Perspektif Friday, 20 November 2020

[ Ir. Sukmandaru Prihatmoko, M. Econ. Geol – Ketua IAGI, Director Exploration at PT SJR Pama Group ]

Kebutuhan akan bahan mineral untuk kehidupan manusia terus meningkat. Hal ini sejalan dengan berkembangnya populasi manusia dan perubahan pola kehidupan yang makin berorientasi ke teknologi. Akibatnya peningkatan permintaan pasokan bahan mineral harus diantisipasi, tak terkecuali di Indonesia.

Pertambangan mineral Indonesia telah mengalami pasang surut. Pada era 70-an hingga tahun 1997 pertambangan mineral Indonesia pernah mengalami masa kejayaan sebelum krisis ekonomi melanda. Bahkan sebagian besar sumber daya dan cadangan mineral yang tercatat sekarang diketemukan pada kurun waktu tersebut.

Sementara saat ini situasi eksplorasi dan pengusahaan pertambangan mineral mengalami stagnasi dan bahkan menurun (Gambar 1). Data-data hasil kompilasi IAGI-MGEI menunjukkan bahwa produksi mineral Indonesia cenderung menurun dari tahu ke tahun. Produksi emas menurun dari sekitar 140 ton di 2001 menjadi sekitar 75 ton di 2014. Demikian juga produksi tembaga dari 1,1 juta ton di 2002 menjadi sekitar 400.000 ton di 2014.

        Berbagai hal baik teknis maupun non teknis membelit sektor ini. Faktor-faktor teknis yang berpengaruh signifikan antara lain:

  • Daerah eksplorasi yang semakin “matured” sehingga target eksplorasi makin dalam atau berada di bawah batuan penutup
  • Pergeseran tipe eksplorasi dari “green field” ke “brown field” karena terbatasnya wilayah eksplorasi yang menyebabkan tingkat kesulitan bertambah, dan rasio sukses discovery makin kecil
  • Target “unconventional resources” belum dikembangkan dengan baik, dan perlu didorong dengan berbagai cara dan pendekatan.

Dari sisi geologi, potensi mineral Indonesia masih sangat terbuka. Posisi tektonik dan geologi Indonesia menjadi salah satu sebab terbentuknya beragam tipe deposit mineral. Dari tipe porfiri dan epitermal sepanjang busur magmatik untuk komoditi emas-tembaga-perak, juga tipe laterit di zona pelapukan batuan ofiolit untuk komoditi nikel, kobalt dan krom, hingga potensi deposit-deposit “dalam” dan/ atau “tertutup batuan muda” (deeper target and target under cover). Belum lagi tipe-tipe sumberdaya unconventional yang belum banyak digarap di Indonesia seperti halnya orogenic gold, sulfida nikel, sedimentary hosted base metals, logam tanah jarang, dan lain-lain. Target ini masih terbuka kesempatannya untuk dieksplorasi.

Kekayaan mineral Indonesia baik yang sudah diidentifikasi sebagai daerah prospek dan tambang maupun potensi yang belum tereksplorasi, merupakan potensi sumber pendapatan negara dan sebagian (untuk mineral tertentu) memiliki potensi menjadi pendorong pengembangan energi alternatif yang sangat dibutuhkan saat ini. Pemerintah bertugas mengelola sumber daya tersebut agar memberikan manfaat optimal untuk kesejahteraan rakyat. Sementara tugas stakeholders adalah mendorong dan memperkuat agar sumber daya kebumian dapat menjadi modal strategis dalam membangun ketahanan dan kedaulatan negara.

Menimbang pentingnya pengelolaan sumber daya dan pengusahaan pertambangan mineral di Indonesia, beberapa hal berkaitan dengan perbaikan pengelolaan minerba nasional harus dilaksanakan. Salah satunya adalah inventori sumber daya minerba secara komprehensif. Semua otoritas sumber data harus dilibatkan baik dari pemerintah seperti Badan Geologi, Ditjen Minerba, Lembaga Penelitian seperti LIPI, dan lembaga penelitian pada tingkat perguruan tinggi seperti Pusat Kajian Sumber Daya Bumi Non-Konvensional (atau disebut juga Unconventional Geo-Resources Research Grooup – UGRG), maupun sektor swasta seperti perusahaan eksplorasi dan tambang. Inventori tersebut harus dilakukan sesuai dengan kaidah ilmiah dan kode-kode pelaporan yang berlaku (SNI dan Kode KCMI).

Selain itu, demi menjaga neraca sumber daya minerba tetap positif, eksplorasi harus didorong dan dijaga kesinambungannya. Implementasi kalimat “exploration is the future” (eksplorasi adalah masa depan) dengan tujuan eksplorasi yang paling esensial sebagai inventori, harus selalu digalakkan sehingga negara dapat mengatur strategi pemanfaatannya di masa depan. Hasil eksplorasi berupa discovery maupun data-data teknis kebumian memiliki banyak manfaat, mulai dari menyusun inventori kekayaan negara dan strategi pemanfaatannya, melakukan pengusahaan atau produksi, menaikkan pendapatan negara, penciptaan lapangan kerja serta pengembangan energi alternatif.

Salah satu cara menggalakkan eksplorasi yang mati suri adalah dengan mempercepat dan menderegulasi pembukaan wilayah eksplorasi baru. Sudah saatnya pemerintah mengandalkan bahan galian disamping sumber daya minyak bumi dan gas alam. Pemerintah dapat merencanakan penggunaan sumber daya mineral yang diprioritaskan untuk kepentingan industri dalam negeri sehingga dapat mengurangi ekspor sumber daya dalam bentuk bahan mentah sehingga tercipta sinergi dengan kebutuhan dalam negeri dan mendorong pertumbuhan industri dan ekonomi nasional. Perkembangan teknologi untuk kehidupan manusia memerlukan makin banyak pasokan mineral baik dari segi kuantitas maupun jenis unsurnya di antaranya logam tanah jarang (rare earth elements/ REE) dan juga “critical raw materials/ CRM” yang lain. Upaya ke arah penggalakan eksplorasi REE dan CRM sangat mendesak untuk dijalankan.

New Sources of Minerals and Metals as Raw Materials to Support Clean and High-Tech Industries

Perspektif Monday, 16 November 2020

[ Dr. Raden Sukhyar – Founder of Center for Mineral and Metal Industry studies, Director General of Mineral and Coal Mining (2013-2015) ]

I wish to congratulate the Unconventional Geo-Resources Research Group, Gadjah Mada University, that was just founded. This establishment is in line with the need to respond the current rise of global demand of certain materials. Currently there is a growing concern in many countries to search new sources of minerals and metals as raw materials to support clean and high-tech industries. Developed countries such EU countries and USA have demonstrated their concern on specific materials what is called critical materials. They worry of supply disruption to their strategic industries that may harm their economy. This condition leads to tight competition among countries to meet their demands. Besides, recently World Economic Forum introduced what is so called Circular Economy, which sees that materials will never pose their ending use. Thus, there is no terminology of wastes anymore, they can be reprocessed and reused, this is in the same time as measure to overcome the increasing material demand.  Indonesia also indicates some minerals and metal are essential to the industries such as iron, aluminium, copper, nickel, cobalt and rare earth elements (REE) which are included in the master plan of national industry for the year 2015-2035 (Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional,  RIPIN 2015-2035), and additionally elements of chromium, manganese, titanium, vanadium, stibium and molybdenum which are required for the defence industry.

There are two type of unconventional resources. The first is primary resources that is very rarely exploited for commercial purposes and some resource types are quite new sources such Li and B in active geothermal brines and from oil and gas brine water, REE in soil, coal and bauxites, or accompanying minerals such as titanium and REE in tin sands. The second is that is contained in residues of industries which are resulted from processing of primary resource, such as REE, titanium, iron, and vanadium from red muds as the residues from Bayer’s process of bauxite into alumina, and also REE, niobium, wolfram and titanium from tin slags. Not to mention many other examples are as the opportunity.

Eventually I support this research group, the challenges are enormous and these all are the opportunity for innovation.

Webinar UGRG Seri #2 – Downstream Mineral Processing, Key to Optimize Mineral Utilization

Berita & Acara Saturday, 14 November 2020

Dalam rangka pengolahan mineral lokal strategis Indonesia berbasis low cost dan zero waste technology diperlukannya kolaborasi semua pihak baik pemerintah, industri, maupun peneliti dan perguruan tinggi, serta harmonisasi kebijakan hulu-hilir minerba. Pengembangan teknologi pengolahan minerba perlu difokuskan kepada pemanfaatan potensi dan karakteristik sumber daya mineral dalam negeri.

Sebagian dari peserta Webinar UGRG Seri 2 (Foto: Dokumentasi UGRG)

Pusat Kajian Sumberdaya Bumi Non-Konvensional (atau disebut juga Unconventional Geo-Resources Researh Group – UGRG) telah menyelenggarakan Webinar Seri # 2 melalui platform Zoom pada Jumat (13/11/2020) pada pukul 15.00 WIB, diikuti oleh +87 peserta. Webinar ini dipandu oleh Bapak Himawan Tri Bayu Murti Petrus, D. Eng. sebagai moderator dengan menghadirkan dua pembicara yaitu Dr. Raden Sukhyar dan Dr. Eng. Widi Astuti.

Sesi pertama dibuka dengan pemaparan oleh Dr. Raden Sukhyar mengenai mineral based downstream industry in Indonesia. Sesi kedua dilanjutkan oleh Dr. Eng. Widi Astuti yang membahas tentang peran penelitian pada industri hilir mineral. Dari keseluruhan materi yang dibawakan dengan sangat menarik oleh para pembicara, terdapat pesan penting dalam rangka pengolahan mineral lokal strategis Indonesia berbasis low cost dan zero waste technology yaitu diperlukannya kolaborasi semua pihak baik pemerintah, industri, maupun peneliti dan perguruan tinggi, serta harmonisasi kebijakan hulu-hilir minerba. Pengembangan teknologi pengolahan minerba perlu difokuskan kepada pemanfaatan potensi dan karakteristik sumber daya mineral dalam negeri. Materi dan sertifikat peserta dapat diunduh pada link ini (Materi & Sertifikat Webinar #2).

Webinar ditutup dengan sesi tanya jawab interaktif. Hal tersebut terlihat dari antusias para peserta yang bertanya dan mengikuti diskusi. Segenap tim UGRG mengucapkan terima kasih kepada seluruh pembicara dan peserta Webinar UGRG Seri 2 yang berjumlah +87 orang. UGRG sadar bahwa untuk bisa membuat perubahan yang kita inginkan tidak dapat dilakukan sendirian, oleh karena itu kami mengajak seluruh sobat Unconventional yang memiliki kesadaran terhadap sumber energi masa depan Indonesia untuk berkolaborasi melakukan kajian tentang dan sumberdaya bumi non-konvensional di Indonesia secara komprehensif dari hulu ke hilir, demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Lebih lanjut, kami berharap dapat bertemu dan berdiskusi kembali pada Webinar UGRG Seri 3 yang akan dilaksanakan pada 27 November 2020. Pendaftaran Webinar Seri #3 telah dibuka pada Senin, 16 November 2020. Isi formulir pendaftaran pada link s.id/WebinarUGRG.

Acara Webinar UGRG Seri #3

Materi dan sertifikat peserta dapat diunduh pada link ini (Materi & Sertifikat Webinar #2).

Our partner in this event :

Sumber Daya Geologi Indonesia

Artikel Friday, 1 May 2020

Orang bilang tanah kita tanah surga -lirik lagu Kolam Susu, Koes Plus.

Persebaran potensi sumber daya geologi batubara & mineral di Indonesia (Sumber: Kementerian ESDM, 2020)

Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Begitulah penggalan lirik lagu Kolam Susu yang dibawakan oleh band legendaris Indonesia, Koes Plus. Lirik lagu tersebut menggambarkan betapa kayanya negara kita akan sumber daya baik sumber daya laut, hutan, maupun sumber daya geologinya. Memang tidak berlebihan apabila kita menyebut bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya geologi. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2020, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk negara dengan kekayaan sumber daya geologi terbesar. Seperti terlihat pada gambar di atas Indonesia sebagai negara kepulauan dari Sabang sampai Merauke memiliki kekayaan sumber daya geologi yang tersebar dan beragam jenis.

Kekayaan sumber daya geologi yang dimiliki Indonesia juga beragam mulai dari bahan galian radioaktif, bahan galian logam, bahan galian non-logam, dan bahan galian batuan serta batubara (UU No. 4 Tahun 2009). Kondisi sumber daya ini tidak lepas dari kondisi geologi regional Indonesia yang berada pada titik dimana lempeng benua dan lempeng samudera bertemu (zona subduksi). Secara umum, hampir semua orang telah mempelajari kedudukan Indonesia yang dilalui oleh cincin api atau sering disebut sebagai ring of fire. Garis cincin api Indonesia tersebut memanjang dari Pulau Sumatera hingga ke Pulau Jawa, Sulawesi, dan Papua. Zona ini memberikan dampak penting dalam proses terbentuknya sumber daya geologi.

Terdapat beberapa jenis sumber daya geologi berupa mineral logam yang menjadi komoditas andalan Indonesia diantaranya adalah besi, emas primer, tembaga, nikel, bauksit, dan perak. Berdasarkan Data Badan Geologi pada tahun 2018 melaporkan bahwa sumber daya tembaga mencapai 12.468,35 juta ton, besi 12.079,45 juta ton, emas primer 11.402.33 juta ton, nikel 9.311.06 juta ton, perak 6.433,01 juta ton, bauksit 3.301,33 juta ton, dan timah 3.878,29 juta ton. Bauksit banyak dijumpai di Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat. Nikel banyak ditemukan di Sulawesi, Maluku, dan Papua Barat (Pulau Gag). Timah dijumpai melimpah di daerah Bangka Belitung dan Riau. Sedangkan emas melimpah di beberapa daerah di Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Papua. Selain mineral-mineral logam tersebut, Indonesia juga memiliki sumber daya geologi komoditas non-logam berupa zeolit, pasir kuarsa, batuan karbonat, marmer, granit, sirtu (pasir dan batu), dan mineral serta batuan non-logam lainnya yang dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.

Gambar 1. Kenampakan daerah dan batuan yang memiliki potensi sumber daya: (a) batubara di daerah Tanjung Enim, (b) bauksit di Tayan, (c) nikel di Pomalaa, dan (d) emas

Sumber daya geologi lainnya yang merupakan kekayaan Indonesia adalah sumber daya energi yang dimanfaatkan atau diekstrak menghasilkan bentuk energi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lebih lanjut. Yang termasuk dalam sumber daya energi adalah batubara, minyak dan gas bumi, serta panas bumi. Batubara di Indonesia tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Cadangan terbukti batubara Indonesia merupakan 3,5% dari total cadangan terbukti di dunia (Ariyono, 2020 dalam situs https://www.esdm.go.id). Selain itu, sekitar 40% cadangan energi panas bumi dunia tersimpan di bawah tanah Indonesia yang dominan terletak di Sumatera, Jawa, dan Bali (investments.com). Sedangkan keterdapatan minyak dan gas bumi tersebar di cekungan-cekungan di wilayah Papua, Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Beberapa data tersebut di atas membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya geologi.

Keberadaan sumber daya geologi yang melimpah dapat digunakan menjadi salah satu penunjang kemajuan serta ketahanan suatu negara. Disisi lain, mengingat bahwa sumber daya geologi yang kita miliki saat ini dapat habis suatu saat jika tidak dikelola dengan baik (Baca artikel: Apa Itu Sumberdaya Geologi?) maka diperlukan sistem penanganan dan pengelolaan yang sistematis dan berkelanjutan supaya dapat bertahan hingga generasi ke generasi. Peran aktif kita sebagai putra-putri bangsa harus turut serta menjaga alam dan sumber daya kita, serta berusaha menemukan sumber daya non-konvensional untuk keberlangsungan kehidupan bangsa Indonesia di masa mendatang. Tulisan ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada kita semua untuk mengetahui kondisi dan potensi sumber daya geologi Indonesia, serta perlunya menjaga kelestarian sumber daya geologi Indonesia.

SUMBER:

  • ESDM,Sumber Daya Mineral : Batubara 104.760 Juta Ton, Emas 4.250 Ton, Tembaga 68.960 Ribu Ton, 2009, https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/sumber-daya-mineral-batubara-104760-juta-ton-emas-4250-ton-tembaga-68960-ribu-ton
  • ESDM, Bertemu Media, Dirjen Minerba Jelaskan Potensi Sumber Daya dan Cadangan Minerba, 2020,  https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/bertemu-media-dirjen-minerba-jelaskan-potensi-sumber-daya-dan-cadangan-minerba
  • Herman Wahyudhi “Tambang untuk kehidupan yang lebih baik”, 2016, https://www.kompasiana.com/bacabaca/58287f851e23bd88277531d5/tambang-untuk-kehidupan-yang-lebih-baik?page=all
  • Mineral Strategis di Kabupaten/Kota, 2015, http://webmap.psdg.bgl.esdm.go.id/geosain/neraca-mineral-strategis.php?mode=administrasi
  • https://geoportal.esdm.go.id/minerba/#

Apa Itu Sumber Daya Geologi?

Artikel Friday, 24 April 2020

If conservation of resources goes wrong, nothing else will go right –M.S.Swaminathan

Persebaran sumber daya geologi yang menjadi kekayaan dan pendapatan ekspor terbesar negara-negara di dunia (Sumber: Simran Khosla, 2014 dengan modifikasi)

Sebelum membaca artikel ini, coba kita cermati sebentar apa saja barang-barang yang ada di sekitar kita? Mungkin saat ini anda sedang berada di dalam ruangan kelas yang memiliki fasilitas pendingin ruangan dan proyektor lalu membaca artikel ini menggunakan laptop canggih keluaran terbaru. Atau mungkin anda sedang berada di rumah, duduk di depan televisi, membaca artikel ini dari telepon genggam pintar atau android di tangan anda dan melihat ibu anda sedang memasak menggunakan kompor gas, atau ayah anda sedang mengecek isi bahan bakar yang tersisa di mobil anda.

Apabila kita cermati lebih lanjut, hampir seluruh barang dan pendukung kebutuhan yang kita gunakan sehari-hari berasal dari pengolahan sumber daya geologi. Tidak dapat dipungkiri bahwa eksploitasi sumber daya geologi saat ini sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Lalu sebenarnya, apa yang dimaksud dengan sumber daya geologi tersebut?

Istilah sumber daya geologi mengacu pada semua unsur padat, gas, dan cair yang ada dan berasal dari kerak bumi, baik di permukaan maupun di bawah permukaan, serta dijumpai dalam konsentrasi optimal untuk dieksploitasi. Berdasarkan potensi penggunaannya, sumber daya geologi dapat dibagi menjadi 3 kelompok utama, yaitu:

  1. Sumber daya materi: merupakan sumber daya yang dimanfaatkan dalam bentuk fisiknya. Yang termasuk dalam sumber daya materi adalah batuan, mineral logam dan non-logam, batu mulia, dan lain-lain.
  2. Sumber daya energi: merupakan sumber daya yang dimanfaatkan atau diekstrak menghasilkan bentuk energi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lebih lanjut. Yang termasuk dalam sumber daya energi adalah batubara, minyak dan gas bumi, panas bumi, air tanah, air terjun, dan lain-lain.
  3. Sumber daya ruang: merupakan sumber daya yang berupa ruang atau tempat hidup, misalnya area tanah, geomorfologi, dan lingkungan.

Berdasarkan definisi tersebut, pengertian sumber daya geologi dapat difokuskan menjadi akumulasi sumber daya batuan, mineral logam dan non logam, batubara, gambut, bitumen padat, minyak, gas bumi, panas bumi, dan lingkungan (air dan tanah) yang terdapat di kerak bumi, baik di permukaan maupun di bawah permukaan, yang dapat dieksplorasi dan dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan manusia sehingga dapat meningkatkan taraf kesejahteraan dan kelangsungan hidup manusia.

Selain klasifikasi berdasarkan potensi penggunaannya, secara umum, sumber daya geologi juga diklasifikasikan menjadi sumber daya geologi terbarukan dan sumber daya geologi tidak terbarukan. Apa maksudnya dan apa saja sumber daya yang termasuk ke dalam dua kelompok sumber daya tersebut?

Sumber Daya Geologi Terbarukan

Sumber daya geologi terbarukan adalah sumber daya geologi yang bisa bertambah melalui regenerasi alami. Waktu dan tempat yang diperlukan untuk proses regenerasi ini berbeda tergantung jenis sumber daya. Contoh sumber daya geologi yang termasuk dalam sumber daya terbarukan adalah air dan tanah. Regenerasi tanah dipengaruhi oleh proses kimia, geologi, hidrologi dan biologi. Sedangkan regenerasi air diatur oleh siklus hidrologi yang dipengaruhi oleh energi matahari, iklim dan topografi. Meskipun air dan tanah dapat teregenerasi kembali, namun pengambilan sumber daya geologi terbarukan yang berlebihan atau melebihi kapasitasnya dapat menyebabkan sumber daya tersebut menjadi punah atau habis. Penggunaan berkelanjutan sumber daya geologi terbarukan memerlukan tingkat pengambilan berada di bawah kemampuan regenerasi dari sumber daya tersebut atau inovasi penggunaan ulang sumber daya (daur ulang).

Sumber Daya Geologi Tidak Terbarukan

Contoh sumber daya geologi tidak terbarukan diantaranya ialah batubara, minyak bumi, gas bumi, batuan yang mengandung logam (besi, emas, tembaga, perak, timah, mangan, zink) dan batuan non-logam. Sumber daya geologi tidak terbarukan dapat habis dikemudian hari apabila terus menerus dieksploitasi karena sumber daya ini hanya dapat terbentuk akibat proses geologi khusus yang membutuhkan waktu sangat lama bahkan hingga jutaan tahun. Penggunaan sumber daya geologi tidak terbarukan di masa kini akan mengurangi cadangan dan ketersediaannya di masa depan.

Gambar 1. Sumber daya terbarukan dan tidak terbarukan (Sumber: www.kqed.org)

Indonesia sebagai Negara Kepulauan memiliki kekayaan sumber daya geologi yang sangat melimpah baik sumber daya geologi terbarukan maupun sumber daya geologi tidak terbarukan (Baca artikel : Sumberdaya Geologi Indonesia). Namun demikian, setelah kita membaca penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian eksploitasi dan penggunaan sumber daya geologi Indonesia di masa kini tetap harus dijaga dan dikontrol sedemikian rupa, sehingga dapat kita pergunakan secara berkelanjutan, dan kondisi lingkungan alam sekitar kita tetap terjaga di masa mendatang. Selain itu, praktik rekayasa ilmiah dan teknologi diperlukan untuk mengelola dan mengekstrak sumber daya geologi supaya dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien. Peran aktif kita sebagai putra-putri bangsa harus turut serta menjaga alam dan sumber daya kita, serta berusaha menemukan sumber-sumber energi non-konvensional untuk keberlangsungan kehidupan bangsa Indonesia di masa depan yang lebih baik.

SUMBER:

Mata-Perelló, Josep M., Mata-Lleonart, Roger, & Vintró-Sánchez, Carla. (2011). A New Classification Of Geological Resources. Dyna, 78(170), 243-249. Retrieved April 23, 2020, From Http://www.Scielo.Org.Co/Scielo.Php?Script=Sci_Arttext&Pid=S0012-73532011000600029&Lng=En&Tlng=En.

Didi Rukmana. (2012). Ekonomi lingkungan dan sumber daya alam / Didi Rukmana. Makassar :: Arus Timur,.

Berita Terakhir

  • 8 Peneliti dari 4 Negara Jalani Kolaborasi Riset dengan Tim Peneliti UGRG, UGM terkait Studi Variabilitas Gambut di Taman Nasional Sebangau, Palangka Raya, Kalimantan Tengah
    January 31, 2025
  • Published Article: Characterization and mode of occurrence of rare earth elements and yttrium in fly and bottom ash from coal-fired power plants in Java, Indonesia
    April 2, 2022
  • Mahasiswa UGM Raih Juara 1 pada Young Scientist Symposium Visions For The Future Of Geoscience
    April 1, 2022
  • Focus Group Discussion: Review dan Evaluasi Rencana Jangka Panjang PT. Bukit Asam Tbk
    March 25, 2022
  • Fieldwork: Potensi Critical Elements pada Batubara di Kalimantan Selatan
    March 25, 2022
Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada
Fakultas Teknik

© Pusat Kajian Sumberdaya Bumi Non-Konvensional, Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY