[Dr. Ferian Anggara – Dosen Teknik Geologi & Ketua UGRG FT di UGM]
Masihkah batubara dibutuhkan dalam 50 tahun ke depan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu cek kembali Bauran Energi Indonesia yang tertuang dalam Perpres No. 22 Tahun 2017. Berdasarkan Perpres tersebut, Indonesia masih bergantung pada Batubara sebesar 30 % sampai dengan tahun 2025 dan 25 % sampai dengan tahun 2050. Belum lagi jika kita melihat lebih mendalam lagi terkait dengan definisi “New and Renewable Energy” dalam Perpres tersebut, maka proporsi penggunaan batubara akan lebih besar lagi.
Selanjutnya, langkah apa saja yang bisa kita lakukan untuk tetap menggunakan batubara sebagai salah satu sumber energi utama di Indonesia dan di waktu yang bersamaan tetap dapat mengikuti perkembangan global menuju penggunaan energi yang ramah lingkungan?
Salah satu yang dilakukan oleh Pusat Kajian Sumberdaya Bumi Non-Konvensional (UGRG) ini adalah melakukan riset-riset terkait dengan pemanfaatan batubara yang tidak hanya sebagai komoditas, tapi dapat langsung dimanfaatkan sebagai sumber energi non-konvensional seperti Coal Bed Methane (CBM), Coal Gasification dan produk turanan lainnya yang dapat diakses pada link publikasi (Jurnal & Prosiding).
Selain itu, batubara yang saat ini digunakan sebagai sumber pembangkit listrik utama di Indonesia juga memberikan peluang dan tantangannya sendiri terkait dengan penanganan limbah hasil pembakarannya (selanjutnya disebut Fly Ash dan Bottom Ash – FABA). FABA telah lama dimanfaatkan sebagai bahan baku bangunan, seperti sebagai campuran semen dan beton. Namun, penelitian terbaru yang dilakukan oleh UGRG menunjukan bahwa FABA juga dapat menghasilkan geopolymer, logam tanah jarang/REE, carbon nanotubes, chenosphere, dan material hasil green transmutation lainnya. Lebih detil terkait dengan pemanfaatan FABA secara komprehensif ini dapat diakses pada tautan berikut (Topik Penelitian).
Sebagai penutup, saya ingin mengutip tulisan Seredin dan Dai (2012) dengan sedikit modifikasi: “Identification of valuable elements resources during coal exploitation and utilization may not only increase beneficiation of coal deposits themselves but also will promote humanity’s further movement on the green road”
Dr. Ferian Anggara
Dr. Ferian Anggara menyelesaikan studi S3 di bidangEarth Resources Engineeringdan lulus pada tahun 2014. Sejak lulus S1 dari Teknik Geologi UGM di tahun 2006, beliau bekerja di salah satu perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia. Dr. Anggara memutuskan untuk kembali ke dunia kampus pada tahun 2008 dan menjadi dosen sejak 2012. Penelitian yang digeluti terkait dengan sumberdaya bumi non-konvensional dangeological CO2-storage.
Ikuti Kami!