[ Ir. Sukmandaru Prihatmoko, M. Econ. Geol – Ketua IAGI, Director Exploration at PT SJR Pama Group ]
Kebutuhan akan bahan mineral untuk kehidupan manusia terus meningkat. Hal ini sejalan dengan berkembangnya populasi manusia dan perubahan pola kehidupan yang makin berorientasi ke teknologi. Akibatnya peningkatan permintaan pasokan bahan mineral harus diantisipasi, tak terkecuali di Indonesia.
Pertambangan mineral Indonesia telah mengalami pasang surut. Pada era 70-an hingga tahun 1997 pertambangan mineral Indonesia pernah mengalami masa kejayaan sebelum krisis ekonomi melanda. Bahkan sebagian besar sumber daya dan cadangan mineral yang tercatat sekarang diketemukan pada kurun waktu tersebut.
Sementara saat ini situasi eksplorasi dan pengusahaan pertambangan mineral mengalami stagnasi dan bahkan menurun (Gambar 1). Data-data hasil kompilasi IAGI-MGEI menunjukkan bahwa produksi mineral Indonesia cenderung menurun dari tahu ke tahun. Produksi emas menurun dari sekitar 140 ton di 2001 menjadi sekitar 75 ton di 2014. Demikian juga produksi tembaga dari 1,1 juta ton di 2002 menjadi sekitar 400.000 ton di 2014.
Berbagai hal baik teknis maupun non teknis membelit sektor ini. Faktor-faktor teknis yang berpengaruh signifikan antara lain:
- Daerah eksplorasi yang semakin “matured” sehingga target eksplorasi makin dalam atau berada di bawah batuan penutup
- Pergeseran tipe eksplorasi dari “green field” ke “brown field” karena terbatasnya wilayah eksplorasi yang menyebabkan tingkat kesulitan bertambah, dan rasio sukses discovery makin kecil
- Target “unconventional resources” belum dikembangkan dengan baik, dan perlu didorong dengan berbagai cara dan pendekatan.
Dari sisi geologi, potensi mineral Indonesia masih sangat terbuka. Posisi tektonik dan geologi Indonesia menjadi salah satu sebab terbentuknya beragam tipe deposit mineral. Dari tipe porfiri dan epitermal sepanjang busur magmatik untuk komoditi emas-tembaga-perak, juga tipe laterit di zona pelapukan batuan ofiolit untuk komoditi nikel, kobalt dan krom, hingga potensi deposit-deposit “dalam” dan/ atau “tertutup batuan muda” (deeper target and target under cover). Belum lagi tipe-tipe sumberdaya unconventional yang belum banyak digarap di Indonesia seperti halnya orogenic gold, sulfida nikel, sedimentary hosted base metals, logam tanah jarang, dan lain-lain. Target ini masih terbuka kesempatannya untuk dieksplorasi.
Kekayaan mineral Indonesia baik yang sudah diidentifikasi sebagai daerah prospek dan tambang maupun potensi yang belum tereksplorasi, merupakan potensi sumber pendapatan negara dan sebagian (untuk mineral tertentu) memiliki potensi menjadi pendorong pengembangan energi alternatif yang sangat dibutuhkan saat ini. Pemerintah bertugas mengelola sumber daya tersebut agar memberikan manfaat optimal untuk kesejahteraan rakyat. Sementara tugas stakeholders adalah mendorong dan memperkuat agar sumber daya kebumian dapat menjadi modal strategis dalam membangun ketahanan dan kedaulatan negara.
Menimbang pentingnya pengelolaan sumber daya dan pengusahaan pertambangan mineral di Indonesia, beberapa hal berkaitan dengan perbaikan pengelolaan minerba nasional harus dilaksanakan. Salah satunya adalah inventori sumber daya minerba secara komprehensif. Semua otoritas sumber data harus dilibatkan baik dari pemerintah seperti Badan Geologi, Ditjen Minerba, Lembaga Penelitian seperti LIPI, dan lembaga penelitian pada tingkat perguruan tinggi seperti Pusat Kajian Sumber Daya Bumi Non-Konvensional (atau disebut juga Unconventional Geo-Resources Research Grooup – UGRG), maupun sektor swasta seperti perusahaan eksplorasi dan tambang. Inventori tersebut harus dilakukan sesuai dengan kaidah ilmiah dan kode-kode pelaporan yang berlaku (SNI dan Kode KCMI).
Selain itu, demi menjaga neraca sumber daya minerba tetap positif, eksplorasi harus didorong dan dijaga kesinambungannya. Implementasi kalimat “exploration is the future” (eksplorasi adalah masa depan) dengan tujuan eksplorasi yang paling esensial sebagai inventori, harus selalu digalakkan sehingga negara dapat mengatur strategi pemanfaatannya di masa depan. Hasil eksplorasi berupa discovery maupun data-data teknis kebumian memiliki banyak manfaat, mulai dari menyusun inventori kekayaan negara dan strategi pemanfaatannya, melakukan pengusahaan atau produksi, menaikkan pendapatan negara, penciptaan lapangan kerja serta pengembangan energi alternatif.
Salah satu cara menggalakkan eksplorasi yang mati suri adalah dengan mempercepat dan menderegulasi pembukaan wilayah eksplorasi baru. Sudah saatnya pemerintah mengandalkan bahan galian disamping sumber daya minyak bumi dan gas alam. Pemerintah dapat merencanakan penggunaan sumber daya mineral yang diprioritaskan untuk kepentingan industri dalam negeri sehingga dapat mengurangi ekspor sumber daya dalam bentuk bahan mentah sehingga tercipta sinergi dengan kebutuhan dalam negeri dan mendorong pertumbuhan industri dan ekonomi nasional. Perkembangan teknologi untuk kehidupan manusia memerlukan makin banyak pasokan mineral baik dari segi kuantitas maupun jenis unsurnya di antaranya logam tanah jarang (rare earth elements/ REE) dan juga “critical raw materials/ CRM” yang lain. Upaya ke arah penggalakan eksplorasi REE dan CRM sangat mendesak untuk dijalankan.
Ir. Sukmandaru Prihatmoko, M. Econ. Geol
Ketua IAGI, Director Exploration at PT SJR Pama Group
Ikuti Kami!