• Tentang UGM
  • Fakultas Teknik
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Teknik
Pusat Kajian Sumberdaya Bumi Non-Konvensional
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Selamat Datang
    • Sambutan Rektor UGM
    • Perjalanan Kami
    • Pengurus
    • Mitra
    • Peneliti
    • Hubungi Kami
  • Artikel
  • Berita & Acara
  • Penelitian
    • Penelitian Kami
    • Topik Penelitian
    • CCUS
  • Publikasi
    • Paten
    • Jurnal
    • Prosiding Seminar
  • Perspektif
  • EASTEM – UGM
    • UGM
    • EASTEM
    • SGLC-ERIC
      • About SGLC-ERIC
      • Activities
  • Beranda
  • batubara
  • batubara
Arsip:

batubara

Webinar UGRG Seri #3 – The Endeavor of Coal Added Value in Indonesia

AcaraBerita & Acara Tuesday, 1 December 2020

Hilirisasi batubara bukanlah hal yang mudah namun merupakan suatu hal yang patut diperjuangkan. Oleh karena itu diperlukan sinergi dan kerjasama antara pemerintah, pelaku industri, peneliti, serta institusi pendidikan demi mewujudkan pemanfaatan batubara yang bersih dan lebih ramah lingkungan.

Sebagian dari peserta Webinar UGRG Seri 3 (Foto: Dokumentasi UGRG)

Pusat Kajian Sumberdaya Bumi Non-Konvensional (atau disebut juga Unconventional Geo-Resources Researh Group – UGRG) telah menyelenggarakan Webinar Seri # 3 melalui platform Zoom pada Jumat (27/11/2020) pada pukul 15.00 WIB, diikuti oleh +83 peserta. Webinar ini dipandu oleh Bapak Dr. Ferian Anggara sebagai moderator dengan menghadirkan dua pembicara yaitu Ir. Singgih Widagdo dan Dr. Rita Susilawati.

Dr. Rita menyampaikan bahwa pemerintah telah dan akan terus berusaha mengambil peran dalam hilirasisi batubara antara lain dengan membuat regulasi yang jelas terkait hilirisasi batubara, menyediakan data serta informasi terkait supply & demand, serta menyiapkan infrastruktur & teknologi untuk pengembangan. Salah satu output yang ingin dicapai adalah membuat zonasi wilayah potensial untuk pengembangan nilai tambah batubara serta memberikan rekomendasi potensi terpadu dari hulu ke hilir. Materi dan sertifikat peserta dapat diunduh pada link ini (Materi & Sertifikat Webinar #3).

Sesi kedua dilanjutkan oleh Ir. Singgih Widagdo yang membahas tentang nilai tambah batubara. Menurut Ir. Singgih hilirisasi mampu mempercepat peran batubara sebagai economic booster dibandingkan dengan peran batubara saat ini yang hanya sebatas revenue driver. Hilirisasi juga sekaligus memberikan dampak penyerapan tenaga kerja baru. Hilirisasi batubara bukanlah hal yang mudah namun merupakan suatu hal yang patut diperjuangkan. Oleh karena itu diperlukan sinergi dan kerjasama antara pemerintah, pelaku industri, peneliti, serta institusi pendidikan demi mewujudkan pemanfaatan batubara yang bersih dan lebih ramah lingkungan. Pemerintah dalam hal ini salah satunya adalah BUMN seharusnya menjadi lokomotif hilirisasi batubara mengingat resiko bisnis yang cukup tinggi.

Webinar ditutup dengan sesi tanya jawab interaktif. Hal tersebut terlihat dari antusias para peserta yang bertanya dan mengikuti diskusi. Segenap tim UGRG mengucapkan terima kasih kepada seluruh pembicara dan peserta Webinar UGRG Seri 3. UGRG sadar bahwa untuk bisa membuat perubahan yang kita inginkan tidak dapat dilakukan sendirian, oleh karena itu kami mengajak seluruh sobat Unconventional yang memiliki kesadaran terhadap sumber energi masa depan Indonesia untuk berkolaborasi melakukan kajian tentang dan sumberdaya bumi non-konvensional di Indonesia secara komprehensif dari hulu ke hilir, demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Lebih lanjut, kami berharap dapat bertemu dan berdiskusi kembali pada acara UGRG selanjutnya.

Materi dan sertifikat peserta dapat diunduh pada link ini (Materi & Sertifikat Webinar #3).

Our partner in this event :

Free Webinar Series Part 3 – The Endeavor of Coal Added Value in Indonesia

Berita & Acara Tuesday, 17 November 2020

Greetings to all of you,
Get ready for our next Webinar Series 3!

“The Endeavor of Coal Added Value in Indonesia”

Speakers :

1. Mr. Singgih Widagdo
Head of Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF)

2. Dr. Rita Susilawati
Head of Coal Division, PSDMBP

MC : Amanda Ayudhia S., S.T.

Friday, 27 November 2020, 15.00 (GMT+7)

This webinar is hosted by experts that will bring you practical, up-to-date advice, guidance, and fresh ideas for now and the future of coal and mineral industry.

Knowledge is power. Knowledge shared is power multiplied.

Register now. We’re looking forward to seeing you!
https://s.id/WebinarUGRG
(Link zoom meeting will be sent D-1 to your email)

Best Regards,
UGRG UGM

Website : https://ugrg.ft.ugm.ac.id/
IG : https://instagram.com/ugrg_ugm
Youtube : https://youtube.com/channel/UCNsrvrXslJmvtFHPgbS-Oog

Our partner in this event :

Focus Group Discussion UGRG & PSDMBP: Peningkatan Nilai Tambah Batubara

Berita & Acara Thursday, 6 August 2020

Kunjungan tim Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) ke Fakultas Teknik, UGM memiliki tujuan untuk mengkaji tentang peningkatan nilai tambah batubara dengan fokus utama pada konsep green transmutation dan circular economy.

FOTO: DOKUMENTASI PSDMBP

Dosen Fakultas Teknik UGM yang juga merupakan peneliti di Pusat Kajian Sumber Daya Bumi Non-Konvensional (atau juga disebut Unconventional Geo-Resources Research Group – UGRG) Dr. Ferian Anggara & Dr. Himawan Tri Bayu Murti Petrus, mengadakan focus group discussion (FGD) mengenai peningkatan nilai tambah batubara bersama PSDMBP, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di Yogyakarta, Rabu-Kamis (5-6 Agustus 2020). Diskusi tersebut dihadiri oleh Kepala PSDMBP Bidang Batubara yaitu Dr. Siti Sumilah Rita Susilawati dan sembilan peserta lainnya yang tergabung dalam tim Evaluasi Rare Earth Elements (REE) pada Batubara di Kalimantan tahun 2020.

Dr. Ferian Anggara memberikan pemaparan tentang potensi REE di batubara (FOTO: AMANDA A.S./UGM)

Kunjungan tim PSDMBP ke Universitas Gadjah Mada kali ini memiliki tujuan untuk mengkaji dan menindaklanjuti penelitian tentang peningkatan nilai tambah batubara dengan mengimplementasikan konsep green transmutation dan circular economy, terutama dari proses hulu ke hilir atau eksplorasi hingga ekstraksi valuable elements (dalam hal ini REE) dan pemanfaatan fly ash dan bottom ash (FABA) secara komprehensif, serta geological CO2-sequestration dengan studi kasus pada batubara di Pulau Kalimantan.

Kedepannya PSDMBP akan melakukan kolaborasi penelitian dengan UGM yang diwakili oleh UGRG dan lembaga terkait untuk pemetaan potensi dan penentuan metode ekstraksi yang sesuai dengan sumber daya non-konvensional yang dimiliki oleh masing-masing wilayah atau lapangan batubara di Indonesia. Kementerian ESDM berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat untuk kepentingan bangsa Indonesia kedepannya.

Sesi foto bersama tim PSDMBP & UGRG seusai acara FGD

Our partner in this event :

Limbah Padat Pembakaran Batubara: Potensi Sumber Daya Non-Konvensional di Masa Depan?

Artikel Thursday, 28 May 2020

Limbah padat pembakaran batubara, pucuk dicinta ulam pun tiba.

Timbunan abu hasil pembakaran batubara salah satu PLTU di Sumatra Barat (Sumber: dokumentasi F. Anggara)

Kebijakan energi nasional menetapkan target bauran energi primer di Indonesia pada tahun 2025 dengan komposisi komoditas minyak (20%), gas (30%), batubara (33%), serta energi baru dan terbarukan (17%). Permintaan energi tersebut didominasi oleh konsumsi listrik dan diperkirakan akan terus meningkat didorong oleh pembangunan ekonomi dan populasi yang tumbuh cepat. Untuk dapat menyeimbangkan permintaan energi ini, pemerintah Indonesia telah menetapkan target untuk pembangkit listrik hingga 135,5 GW pada tahun 2025, dituangkan dalam Peraturan Presiden (PerPres) No.22/2017. Peningkatan konsumsi batubara yang signifikan di sektor pembangkit listrik dari 56 juta ton pada 2006 menjadi 123,2 juta ton pada 2025 akan menghasilkan 11,38 juta ton FABA. Hal ini tentu memberikan peluang sekaligus tantangan tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Lalu, sebenarnya apakah FABA itu dan dapatkah kita memanfaatkan peluang dari permasalahan limbah FABA sebagai substitusi sumber daya masa depan?

Apa yang dimaksud dengan FABA?

Sistem pembakaran batubara PLTU pada umumnya adalah fluidized bed system yaitu sistem saat udara ditiup dari bawah menggunakan blower sehingga benda padat di atasnya berkelakuan mirip fluida. Teknik ini merupakan teknik yang paling efisien dalam menghasilkan energi, namun menghasilkan limbah abu terbang dan abu yang turun di bawah alat. Abu tersebut disebut dengan fly ash dan bottom ash atau kerap disingkat sebagai FABA. Abu terbang (fly ash) didefinisikan sebagai butiran halus hasil residu pembakaran batubara yang merupakan hasil penguraian mineral silikat, sulfat, sulfida, karbonat, dan oksida yang terdapat dalam batubara (ASTM C.618). Pembakaran batubara di pembangkit listrik berlangsung pada suhu antara 1.100 – 1.500 ºC. Pada kondisi ini akan terjadi perubahan secara kimia dan fisika, sehingga komposisi abu sisa pembakaran akan jauh berbeda dengan komposisi mineral aslinya. Sedangkan, abu dasar atau lebih dikenal dengan bottom ash adalah sisa proses pembakaran batubara pada pembangkit tenaga listrik yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dan lebih berat dari pada fly ash, sehingga akan jatuh pada dasar tungku pembakaran (boiler). Komposisi kimia dari bottom ash sebagian besar tersusun dari unsur-unsur Si, Al, Fe, Ca, serta Mg, S, Na, dan unsur kimia lain (Kinasthi et al., 2018).

FABA sebagai sumber daya non-konvensional masa depan Indonesia

FABA dikategorikan sebagai limbah padat berbahaya dan beracun yang dapat mempengaruhi semua makhluk (tanaman, hewan, dan manusia) (Bashkin dan Wongyai, 2002; Dai et al., 2005, dalam Anggara et al., 2018). Di Indonesia sendiri, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 101 Tahun 2014 menyebutkan FABA merupakan limbah B3. Menghadapi sejumlah besar FABA yang akan dihasilkan dari produksi pembangkit listrik tenaga batubara di masa depan, pembuangan tentu akan menjadi masalah besar karena diperlukan lahan yang luas dan tidak mengganggu ekosistem lingkungan sekitarnya. Di sisi lain, FABA sebenarnya masih dapat dimanfaatkan lagi menjadi substitusi bahan baku atau sebagai substitusi sumberdaya non-konvensional masa depan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Beberapa pemanfaatan FABA telah diusulkan dari hasil penelitian para ahli antara lain pemanfaatan sebagai bahan baku semen, beton, isian struktural (Duminda et al., 2014), stabilisasi tanah, pertanian (Yao et al., 2015), dan ekstraksi elemen-elemen berharga (Dai dan Finkelman, 2018). Tidak terkecuali di Indonesia, penelitian-penelitian dengan topik pemanfaatan FABA telah banyak dilakukan. Pusat Kajian Sumberdaya Bumi Non-Konvensional Fakultas Teknik UGM juga telah melakukan beberapa penelitian terkait pemanfaatan FABA sebagai sumber daya alternatif di masa depan, antara lain penemuan elemen-elemen berharga seperti cenospheres (Hirajima et al., 2008; Hirajima et al., 2010; Petrus et al., 2011) dan potensi ekstraksi elemen unsur tanah jarang dan yttrium (Anggara, et al., 2018; Rosita et al., 2020,dll.) yang sangat menjanjikan potensinya di masa depan. Rendahnya unsur radioaktif dalam batubara juga memberikan kemudahan dalam proses ekstraksinya.

Bagaikan peribahasa pucuk dicinta ulam pun tiba, produk sampingan pembakaran batubara (FABA) ternyata dapat memberikan nilai tambah bagi komoditas batubara sebagai alternatif sumber daya non-konvensional unsur-unsur jarang dan berharga (valuable elements) yang sangat menjanjikan nilai ekonomi dan permintaannya di masa depan, sekaligus mewujudkan pemenuhan energi berwawasan lingkungan.

SUMBER:

  • Anggara, F., et al. (2018). Rare Earth Element and Yttrium Content of Coal in the Banko Coalfield, South Sumatra Basin, Indonesia: Contributions from Tonstein Layers. Proceeding of International Journal of Coal Geology. vol. 196. pp. 159–172.
  • Dai, S., Finkelman, R.B., 2018. Coal as a promising source of critical elements: Progress and future prospects. Int. J. Coal Geol. 186, 155–164. https://doi.org/10.1016/j.coal.2017.06.005
  • Hirajima, T., Oosako, Y., Nonaka, M., Petrus, H., Sasaki, K., and Ando, T., 2008, Recovery of hollow and spherical particles from coal fly ash by wet separation process, Journal of MMIJ 124 (12), 878-884
  • Hirajima, T., Petrus, H., Oosako, Y., Nonaka, M., Sasaki, K., and Ando, T., Recovery of cenospheres from coal fly ash using a dry separation process: Separation estimation and potential application, International Journal of Mineral Processing 95 (1-4), 2010, pp. 18-24.
  • Petrus, H., Hirajima, T., Oosako, Y., Nonaka, M., Sasaki, K., and Ando, T., 2011, Performance of dry-separation processes in the recovery of cenospheres from fly ash and their implementation in a recovery unit, International Journal of Mineral Processing 98 (1-2), 15-23.
  • Rosita, W. Bendiyasa, I., Perdana, I., Anggara, F., 2020. Recovery of rare earth elements and Yttrium from Indonesia coal fly ash using sulphuric acid leaching. AIP Conference Proceedings.
  • Yao, Z.T., Ji, X.S., Sarker, P.K., Tang, J.H., Ge, L.Q., Xia, M.S., Xi, Y.Q., 2015. A comprehensive review on the applications of coal fly ash. Earth-Science Rev. 141, 105–121. https://doi.org/10.1016/j.earscirev.2014.11.016

Pemetaan Geologi daerah Muara Enim dan Sekitarnya

Berita & Acara Sunday, 10 May 2020

Kegiatan pemetaan geologi ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung peningkatan produksi batubara serta rencana pembangunan PLTU baru di Sumatra Selatan.

Foto Tim UGRG yang melakukan pemetaan geologi di daerah Muara Enim dan sekitarnya (FOTO: FERIAN ANGGARA / UGM)

Tim UGRG kembali melakukan kegiatan pengamatan dan pengambilan sampel di lapangan. Kegiatan lapangan kali ini merupakan pemetaan geologi yang dilaksanakan di daerah Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Kegiatan pemetaan ini merupakan bentuk kerja sama antara Tim UGRG dengan salah satu perusahaan tambang batubara guna mendorong peningkatan produksi batubara serta mendukung rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru di wilayah Sumatra Selatan

PLTU baru tersebut ditargetkan dapat menghasilkan listrik dengan kapasitas 2 x 620 MW. Selain itu, saat ini perusahaan tersebut juga telah mengoperasikan PLTU 266 MW Banjarsari dan merupakan perusahaan pemasok bahan bakar batubara sebesar 1,5 juta ton/tahun. Oleh karena banyaknya kebutuhan produksi batubara yang harus dipenuhi oleh perusahaan tersebut, maka dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai potensi batubara guna mendorong peningkatan produksi batubara.

Tim pemetaan yang berjumlah enam orang kemudian melakukan pemetaan selama kurang lebih dua minggu. Kegiatan yang dilakukan dalam pemetaan geologi berupa identifikasi batuan, pengukuran lapisan batuan, pengukuran stratigrafi, dan pengambilan sampel. Selanjutnya dilakukan pekerjaan laboratorium dan studio untuk membuat peta geologi, stratigrafi daerah penelitian, hingga perhitungan cadangan batubara.

Kondisi lapangan yang dihadapi oleh tim saat melakukan pemetaan adalah lingkungan hutan Sumatra yang masih alami sehingga mengharuskan tim pemetaan menyusuri hutan dan sungai guna mendapatkan data-data geologi yang diperlukan. Dari hasil pemetaan tersebut diketahui bahwa daerah tersebut masih memiliki potensi cadangan batubara untuk mendorong produksi batubara serta mendukung rencana pembangunan PLTU baru di Sumatra Selatan.

Gambar 1. Foto salah satu singkapan batubara di Area Banko Tengah (Foto oleh: F. Anggara)

Batubara Sebagai Sumber Energi: Asal, Jenis, dan Kegunaannya

Artikel Friday, 8 May 2020

Batubara, si hitam manis yang sering disebut sebagai emas hitam

 

Singkapan batubara di daerah Ombilin, Sumatra Barat. (Sumber: dokumentasi tim UGRG)

Apabila kita berbicara tentang batubara, tentu kita sepakat bahwa batubara termasuk sumber daya Indonesia yang berharga dan tidak dapat kita lepaskan dari kehidupan sehari-hari. Minimal kita dapat menikmati aliran listrik dirumah, di kantor maupun di pertokoan berkat batubara si hitam manis, yang kerap disebut sebagai emas hitam. Artikel ini diharapkan dapat menambah wawasan kita mengenai batubara secara umum.

Apa saja kegunaan batubara?

Batubara merupakan salah satu sumber energi yang penting bagi dunia, yang digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik sebesar hampir 40% di seluruh dunia (Anonim, 2005). Batubara telah memainkan peran yang sangat penting selama berabad-abad, tidak hanya membangkitkan listrik, namun juga merupakan bahan bakar utama bagi produksi baja, semen, pusat pengolahan alumina, pabrik kertas, industri kimia, serta farmasi. Selain itu, terdapat pula produk-produk hasil sampingan batubara, antara lain sabun, aspirin, zat pelarut, pewarna, plastik, dan fiber (Anonim, 2005). Apakah anda terkejut mengetahui betapa bergunanya material hitam ini? Sekarang anda pasti tertarik untuk mengenal batubara lebih jauh.

Apakah batubara itu dan bagaimana batubara bisa terbentuk?

Batubara adalah akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang mati dan tidak sempat mengalami pembusukan secara sempurna, yang kemudian terpreservasi dengan baik dalam kondisi bebas oksigen (anaerobic) misalnya pada bagian bawah dari suatu danau atau pada endapan/sedimen berbutir sangat halus. Proses penimbunan tersebut terjadi bersamaan dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) yang memungkinkan sisa-sisa tumbuhan terakumulasi hingga sangat dalam. Akibat penimbunan, material tumbuhan terkena suhu dan tekanan tinggi yang menyebabkan perubahan fisika dan kimiawi. Selama tahap tersebut persentase hidrogen dan oksigen akan berkurang, sedangkan persentase karbon akan meningkat. Hasil akhirnya adalah suatu material yang mengandung karbon lebih dari 50% berdasarkan berat dan 70% berdasarkan volume, yang kita sebut sebagai batubara (Gambar 1).

Gambar 1. Ilustrasi proses pembatubaraan (Grab et al., 2006 dalam Flores, 2014)

Apa saja jenis batubara?

Batubara memiliki karakteristik dan jenis yang berbeda. Faktor-faktor yang menentukan karakter dari batubara antara lain jenis tumbuhan penyusun dan pengotor yang terdapat pada batubara tersebut, yang nantinya akan memengaruhi kadar abu pada batubara. Selain itu, suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan merupakan faktor penting dalam pembentukan batubara, yang disebut sebagai maturitas organik. Tahap awal pada pembentukan batubara diawali dengan perubahan material tumbuhan menjadi gambut, yang kemudian berubah menjadi lignit. Seiring dengan bertambahnya suhu dan tekanan, lignit mengalami perubahan secara bertahap menjadi batubara sub-bituminus, kemudian bituminus dan sebagai peringkat tertinggi menjadi antrasit. Batubara dengan peringkat yang lebih tinggi (antrasit) umumnya lebih keras, memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah, dan menghasilkan energi yang lebih banyak. 

Batubara sebagai sumber energi di Indonesia

Permintaan energi Indonesia didominasi oleh konsumsi listrik dan diperkirakan akan meningkat didorong oleh pembangunan ekonomi dan populasi yang tumbuh cepat. Untuk dapat menyeimbangkan permintaan energi ini, pemerintah Indonesia telah menetapkan target untuk pembangkit listrik hingga 135,5 GW pada tahun 2025, dan dituangkan dalam Peraturan Presiden (PerPres) No.22 / 2017. Pasokan energi primer di Indonesia terutama didasarkan pada bahan bakar fosil seperti minyak, gas, dan batubara. Kebijakan energi nasional menetapkan proporsi sumber energi pada tahun 2025 yaitu minyak (20%), gas (30%), batubara (33%), dan energi baru-terbarukan (17%). Sektor pembangkit listrik adalah konsumen batubara terbesar di Indonesia. Peningkatan konsumsi batubara sangat signifikan di sektor pembangkit listrik, yaitu dari 56 juta ton pada 2006 dan diperkirakan menjadi 123,2 ton pada 2025. Sementara Indonesia sendiri memiliki sumberdaya batubara (Gambar 2) sebesar 149,009 miliar ton dan cadangan sebesar 37,604 miliar ton (data Badan Geologi pada tahun 2018).

Gambar 2. Peta persebaran batubara di Indonesia (Badan Geologi, 2014)

Mengingat batubara memiliki sifat  tak terbarukan dan dihasilkan dari proses geologi selama puluhan bahkan ratusan juta tahun, maka sangatlah disayangkan apabila pemanfaatannya tidak memiliki nilai tambah. Selain itu, pembakaran batubara untuk keperluan pembangkit listrik juga menghasilkan “limbah padat berbahaya dan beracun”. Pengembangan dan penelitian harus dilakukan terkait dengan penggunaan batubara dan pemanfaatan limbah batubara, antara lain gas metana batubara (coal bed methane), batubara tercairkan (liquified coal), batubara tergaskan (gasified coal), atau pemanfaatan “limbah” batubara untuk menghasilkan sumberdaya non-konvensional yang menambah nilai dan efisiensi penggunaan batubara di Indonesia (Baca artikel: Limbah Padat Pembakaran Batubara: Potensi Sumber Daya Non-Konvensional di Masa Depan?).

SUMBER:

  • Anonim, 2005. Sumber Daya Batubara: Tinjauan Lengkap Mengenai Batubara, World Coal Institute https://www.worldcoal.org/file_validate.php?file=coal_resource_indonesian.pdf
  • Anonim, 2015. Rencana Strategis Badan Geologi 2015-2019, Badan Geologi KESDM, Jakarta. 275 p.
  • Flores, R., 2014. Coal and Coalbed Gas st Edition Fueling the Future. Elsevier Science. 720 p.
  • Diessel, C.F.K., 1992. Coal-Bearing Depositional Systems, Springer Berlin Heidelberg, Berlin, Heidelberg. 721 p.
  • Suprapto, S., 2014. Karakteristik dan Pemanfaatan Batubara: Solusi dalam Keberlimpahan Batubara di Indonesia,  Jakarta, Badan Litbang ESDM. 105 p.

From Waste to Smart Technology

Berita & Acara Saturday, 2 May 2020

Kegiatan lapangan kali ini dilakukan di tambang batubara dan beberapa lokasi PLTU di sekitar Tanjung Enim. Kegiatan ini bertujuan untuk menilik kembali potensi Rare Earth Element and Yttrium pada batubara dan fly ash-bottom ash (FABA).

Foto tim yang melakukan penelitian di daerah Tanjung Enim (FOTO: F. ANGGARA / UGM)

Kegiatan lapangan kali ini cukup berbeda dari kegiatan lapangan yang pernah dilakukan sebelumnya, dari jumlah anggota tim yang lebih banyak dari biasanya, destinasi lapangan yang dikunjungi juga lebih banyak, dan ditambah dengan kegiatan kali ini yang bertepatan dengan bulan Ramadhan, namun hal tersebut justru membuat kegiatan lapangan ini semakin menarik dan menantang. Penelitian kali ini bertujuan untuk mengupas potensi Rare Earth Element and Yttrium (REY) pada batubara dan abu hasil pembakaran batubara yang biasa dikenal dengan fly ash and bottom ash (FABA).

Pengambilan sampel batubara dilakukan di beberapa lapangan milik salah satu perusahaan batubara, sedangkan sampel FABA diambil di beberapa PLTU di sekitar Muara Enim. Kegiatan penelitian ini melibatkan peneliti dari Teknik Geologi dan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada.

Tiga tim yang telah ditentukan kemudian melaksanakan kegiatan lapangan sesuai dengan tugasnya masing-masing. Seperti biasa, kegiatan diawali dengan safety induction oleh pihak perusahaan. Panasnya cuaca di tambang batubara tidak menyurutkan semangat tim.

Setelah menyelesaikan kegiatan lapangan di UPTE, kami juga berkesempatan untuk berkunjung ke Kota Palembang sebelum kembali ke Yogyakarta. Kemudian sesampainya di Yogyakarta, kami segera melakukan preparasi sampel untuk dilakukan analisis lebih lanjut. Output dari kegiatan penelitian ini nantinya akan membahas mengenai potensi REY pada batubara dan ekstraksinya dari FABA, serta produk turunan lain berupa cenosphere dan geopolimer. Beberapa penelitian terkait dengan kegiatan ini dan hasilnya dapat dilihat pada menu publikasi tim UGRG.

Gambar 1. Foto tumpukan abu (FABA) hasil pembakaran batubara di PLTU

Catatan Perjalanan Menelusuri Cekungan Ombilin

Berita & Acara Friday, 1 May 2020

Perjalanan dimulai dari penelusuran tambang batubara tertua di Indonesia, Tambang Batubara Ombilin hingga mengunjungi basement yang menyusun Pulau Sumatra.

Foto: Dr. Ferian Anggara beserta tim di depan mulut tambang Sawah Luwung yang merupakan salah satu lokasi pengamatan dan pengambilan sampel (FOTO: F. ANGGARA / UGM)

Perjalanan penelitian kali ini mengunjungi Ranah Minang, Sumatra Barat. Beberapa lokasi yang menjadi target penelitian dikunjungi untuk menyingkap lebih lanjut potensi geologi yang ada di Ranah Minang. Perjalanan tiga hari terasa masih kurang untuk mengeksplor lokasi-lokasi di Sumatra Barat, mulai dari basement hingga recent deposit.

Potensi batubara Ombilin

Perjalanan pertama mengunjungi salah satu tambang tertua dan warisan dunia yaitu Tambang Batubara Ombilin, yang terletak di Kota Sawahlunto, Sumatra Barat. Pada perjalanan pertama kami berkesempatan untuk mengunjungi tambang milik PT. Bukit Asam Unit Pertambangan Ombilin untuk mengambil sampel guna penelitian. Perjalanan diawali dengan safety induction. Kondisi yang gelap, lorong sempit, basah, dan sesekali lori lewat membuat kami harus lebih berhati-hati. Tambang ini masih berproduksi, namun semenjak ditetapkannya menjadi situs warisan dunia, beberapa tempat beralih fungsi untuk kepentingan edukasi dan wisata.

Gambar 1. Salah satu singkapan batubara di daerah Ombilin, Sumatra Barat (Foto oleh: F. Anggara)

Manifestasi geothermal di Sawahlunto

Tak jauh dari lokasi tambang batubara Ombilin, tepatnya di daerah Padang Ganting, terdapat manifestasi panas bumi yaitu kemunculan air panas di beberapa lokasi. Air panas tersebut dimanfaatkan warga sebagai destinasi wisata pemandian air panas, namun masih belum diketahui apakah manifestasi tersebut sebenarnya menyimpan potensi energi panas bumi yang signifikan di Sumatra Barat. Pengamatan dan pengukuran pH air juga dilakukan oleh Pak Nukman, sebagai salah satu peneliti yang fokus pada energi panas bumi. Manifestasi tersebut cukup unik karena lokasinya cukup jauh dari gunung api yang ada dan menimbulkan rasa penasaran terhadap pembentukan manifestasi tersebut.

Recent volcanic deposit

Dalam perjalanan menuju lokasi penginapan, kami berhenti sejenak di Kabupaten Tanah Datar untuk mengunjungi singkapan quarry. Karena rasa penasaran yang tinggi, kami mendekati dan melakukan observasi terhadap quarry tersebut. Tak disangka ternyata quarry tersebut merupakan produk hasil vulkanisme yang diinterpretasikan merupakan produk dari Gunungapi Malintang dan Singgalang. Tak hanya melakukan observasi, pengambilan sampel berupa pumis, arang dan bulk sample juga dilakukan terutama oleh Bu Esti yang sangat tertarik dengan singkapan tersebut. Pengambilan sampel tersebut rencananya akan diteliti lebih lanjut mengenai karakteristik endapan guna menyingkap asal dan potensi kedepannya.

Geowisata Lembah Harau

Bergerak ke arah barat, tepatnya di Kabupaten Lima Puluh Kota, kami juga mengunjungi salah satu lokasi wisata yang sangat terkenal yaitu Lembah Harau. Lembah Harau menyuguhkan suasana pedesaan yang dikelilingi tebing-tebing curam dengan litologi breksi dan konglomerat. Tak hanya menyajikan pemandangan yang indah, di Lembah Harau juga terdapat beberapa air terjun yang semakin melengkapi destinasi wisata di daerah ini.

Granitoid Basement Pulau Sumatra

Di akhir perjalanan kali ini, kami menyempatkan diri untuk berkunjung ke Kota Solok guna mengambil beberapa sampel granit untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai potensi granit di Pulau Sumatra. Singkapan tersebut merupakan salah satu singkapan yang ideal dan ditemukan beberapa jenis batuan granitoid yang diterobos oleh intrusi basal, membuat perjalanan kedua kali ini ditutup dengan rasa puas dan menyenangkan.

Gambar 2. Pak Nukman dan Pak Ferian diatas batuan granitoid yang merupakan penyusun basement Pulau Sumatra (Foto oleh: F. Anggara)

Ekskursi Lapangan Senakin Peninsula

Berita & Acara Wednesday, 22 April 2020

Kegiatan lapangan yang dilakukan oleh Tim UGRG bekerja sama dengan beberapa peneliti dari Australia bertujuan untuk mengevaluasi asal sedimen dan lingkungan pengendapan Formasi Tanjung.

Foto bersama Tim UGRG dengan beberapa peneliti pada ekskursi lapangan Senakin. Dari kiri; Tim Arutmin, Mike Friederich, Elino Febriadi, Tim Arutmin, Donatus Hendra Amijaya, Tim Moore, Ferian Anggara (FOTO:FERIAN ANGGARA / UGM)

Pada awal Desember 2017 lalu, Dr. Ferian Anggara dan Dr. D. Hendra Amijaya melakukan riset yang bekerja sama dengan beberapa peneliti dari Australia diantaranya Dr. Tim A. Moore dari Queensland University of Technology dan Mike C. Friederich dari Independent Consultant, Kenmore, Australia. Riset ini bertujuan untuk mengetahui asal sedimen dan proses pengendapan Formasi Tanjung yang berumur Eosen. Kegiatan lapangan ini juga bekerja sama dengan PT. Arutmin Indonesia yang membantu kebutuhan izin, alat keselamatan, dan logistik selama kegiatan lapangan berlangsung.

Secara umum kegiatan berjalan lancar dan baik, para peneliti berhasil mendapatkan beberapa sampel yang menjadi target seperti batuan basal dan batuan volkanogenik yang menyusun bagian atas dari main seam coal dengan keadaan segar. Beberapa sampel yang didapat kemudian dilakukan analisis lebih lanjut seperti mineralogi, geokimia, palinologi dan potensi rare earth element (REE). Penyelidikan laboratorium dilakukan di Universitas Gadjah Mada dan Queensland University of Technology.

Dari penelitian ini dihasilkan beberapa publikasi diantaranya Extended Abstract di 35th Annual Convention of The Society for Organic Petrology di Beijing, China tahun 2018. Pada tanggal 1 April 2020, salah satu publikasi dari hasil riset ini telah terbit pada Indonesian Journal on Geoscience Vol. 7, No. 1 April 2020: 65-85 dengan judul “Syn-sedimentary Mafic Volcanics in the Eocene Coal-bearing Tanjung Formation, Senakin Peninsula, South Kalimantan (Borneo), Indonesia”. 

Gambar 1.  Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pencatatan data-data geologi, pengukuran stratigrafi, dan pengambilan sampel (Foto oleh: F. Anggara)

Penelitian-penelitian lain juga masih berjalan hingga saat ini, diantaranya penelitian mengenai geokimia batuan beku dan batubara, potensi rare earth element and yttrium pada batubara Senakin, dan geologi regional Formasi Tanjung dan Sub-Cekungan Pasir.

Gambar 2. Tim Moore sedang melakukan pengambilan data geologi di atas basal yang menyusun daerah Senakin (Foto oleh: F. Anggara)

SUMBER:

Moore, Tim A., Mike C. Friederich, Jessica Trofimovs, Ferian Anggara, D. Hendra Amijaya, 2020, “Syn-sedimentary Mafic Volcanics in the Eocene Coal-bearing Tanjung Formation, Senakin Peninsula, South Kalimantan (Borneo), Indonesia”, Indonesian Journal on Geoscience Vol. 7, 2020

Tim Moore. “Tanjung Formation, SE Kalimantan: Geochemical and Sedimentological Evaluation, Cipher Coal Consultant, 2018”, https://www.researchgate.net/project/Tanjung-Formation-SE-Kalimantan-geochemical-and-sedimentological-evaluation

Tim Moore. “Field Work in the Senakin Peninsula : Part I – Tanjung Dewa Revisited, Cipher Coal Consultan, 2018”, https://www.ciphercoal.com/field-work-in-the-senakin-peninsula-part-i-tanjung-dewa-revisited/

Berita Terakhir

  • 8 Peneliti dari 4 Negara Jalani Kolaborasi Riset dengan Tim Peneliti UGRG, UGM terkait Studi Variabilitas Gambut di Taman Nasional Sebangau, Palangka Raya, Kalimantan Tengah
    January 31, 2025
  • Published Article: Characterization and mode of occurrence of rare earth elements and yttrium in fly and bottom ash from coal-fired power plants in Java, Indonesia
    April 2, 2022
  • Mahasiswa UGM Raih Juara 1 pada Young Scientist Symposium Visions For The Future Of Geoscience
    April 1, 2022
  • Focus Group Discussion: Review dan Evaluasi Rencana Jangka Panjang PT. Bukit Asam Tbk
    March 25, 2022
  • Fieldwork: Potensi Critical Elements pada Batubara di Kalimantan Selatan
    March 25, 2022
Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada
Fakultas Teknik

© Pusat Kajian Sumberdaya Bumi Non-Konvensional, Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY