Selain untuk kepentingan lingkungan, lahan gambut tropis juga memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi taman rekreasi alami.
Lokasi kunjungan lapangan di Desa Muara Siran (Google Maps, 2019)
Pada minggu pertama April 2018, tim peneliti kami melakukan kunjungan lapangan selama satu minggu untuk mengumpulkan sampel gambut dari salah satu lahan gambut di Kalimantan. Tim tersebut terdiri dari satu dosen dari Departemen Teknik Geologi dan empat asisten mahasiswa. Lahan gambut yang kami kunjungi terletak di desa Muara Siran dan sekitarnya (Gbr.1). Lahan ini adalah bagian dari lahan gambut Kutai atau Lahan Basah Mahakam Tengah, karena keduanya adalah istilah umum yang digunakan oleh para peneliti untuk menyebutkan lahan basah di Kalimantan Timur.
Kami berangkat dari Yogyakarta ke Balikpapan, kota terbesar di Kalimantan Timur. Dari kota Balikpapan, kami melanjutkan perjalanan dengan mobil selama sekitar 4 jam ke Samarinda, ibukota Kalimantan Timur, dan kembali melakukan perjalanan selama 2,5 jam dari Samarinda ke Tenggarong. Kami melewati jalan berliku yang terbentang di sepanjang antiklinorium Kalimantan Timur. Kami sampai di sebuah pelabuhan kecil di tepi Sungai Mahakam tepat pada sore hari dan disambut oleh pemandangan matahari terbenam yang indah. Perjalanan kami belum berakhir karena kami masih harus menaiki kapal menyusuri Mahakam untuk mencapai tujuan akhir kami – desa Muara Siran. Kami dijemput oleh orang-orang desa dari Muara Siran yang mengantarkan kami dengan perahu kecil bernama “Ketinting” dan berlayar sekitar 30 menit.
Pada hari berikutnya, kami melaksanakan pemetaan gambut pertama. Kami berangkat pukul 08.00 dengan tujuan area utara Danau Siran. Selama pemetaan gambut, kegiatan kami selalu diawali dengan menaiki kapal ke utara desa menyeberangi Danau Siran, kemudian mengikuti anak sungai kecil ke hutan yang lebih dalam, dan menyandarkan kapal kami ketika anak sungai berakhir. Setelah itu kami menjelajahi hutan dengan berjalan kaki. Bagian penjelajahan merupakan tantangan tersendiri karena kami harus menenggelamkan hampir seluruh kaki kami di air keruh, mencoba menyeimbangkan diri sambil terus bergerak lebih jauh.
Gambar 1. Eksplorasi hutan rawa gambut. April 2018. (a) Tim sampler dibantu oleh penduduk desa setempat. (b) Berlayar menyusuri danau Siran dengan “ketinting”. (c) Salah satu sepatu anggota tim terlepas saat menjelajahi hutan rawa. (d) Kedalaman air di daerah rawa setinggi pinggang orang dewasa. Lihat selengkapnya di http://belajargambut.ft.ugm.ac.id/2018/08/29/pengambilan-sampel-gambut
Sampel gambut diperoleh dengan coring manual. Metode ini dapat memperoleh sampel gambut dengan kedalaman tertentu. Gambut yang diambil akan berupa inti gambut dengan panjang setengah silinder dan diameter sesuai dengan diameter bit yang digunakan.
Tim menggunakan sampler gambut MacCaulay dari Russian D corer. Auger ini terdiri dari dua bagian: extension bar dan bit auger yang juga merupakan wadah untuk menampung gambut. Auger ini digunakan dengan cara memasukkan bit ke dalam deposit gambut, kemudian memutar bar 180º. Pada saat wadah berputar, secara bersamaan gambut akan tersimpan di dalamnya. Selanjutnya, auger kemudian diangkat untuk melepaskan gambut di dalam wadah dengan membuka tutup wadah. Panjang wadah yang digunakan adalah 0,5 m, sehingga dalam satu coring dapat diperoleh gambut dengan kedalaman 0,5 m. Untuk mengambil gambut lebih dalam, proses coring harus diulangi dan lebih banyak extension bar harus ditambahkan.
Gambar 2. Coring gambut. (a) Auger ditanam/dimasukkan ke dalam deposit. (b) Extension bar ditambahkan untuk mendapatkan gambut dengan kedalaman yang lebih dalam. (c) Auger diputar setengah lingkaran untuk menyimpan gambut di bawah. (d) Auger terdiri dari extension bar dan bit auger yang melekat pada wadah. (e) Wadah dibuka. (f) Inti gambut tersimpan di dalam wadah.
Setelah wadah dibuka, gambut harus dideskripsi berdasarkan teksturnya untuk menentukan jenis gambut tersebut. Kemudian sampel harus segera dikemas rapat untuk mencegah kontak oksigen, yang dapat menyebabkan penguraian dan perubahan tekstur. Sampel gambut disimpan di dalam pipa PVC ukuran setengah panjang 0,5 m, menyesuaikan dengan bentuk asli inti gambut. Plastik gelembung ditambahkan untuk mengisi ruang kosong antara sampel gambut dan tabung. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi gambut yang terguncang atau bergerak selama pengiriman sampel. Langkah terakhir adalah membungkus tabung serapat dan sekencang mungkin, sehingga tidak ada kontak dengan udara luar dan mencegah kelembaban gambut keluar atau bocor.
Pekerjaan lapangan selama satu minggu ditutup dengan piknik di tengah Danau Siran. Kami menikmati cuaca cerah, beberapa buah lokal dan berenang bebas di danau dengan air yang hangat. Selain berbagai manfaat untuk kepentingan lingkungan, lahan gambut tropis juga memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi taman rekreasi alami. Hal ini dilengkapi dengan keramahtamahan penduduk desa Muara Siran yang kami alami selama kami tinggal.
Gambar 3. Salah satu anggota tim penelitian yang berenang dan berjemur menikmati indahnya danau.
Pada hari kedelapan akhirnya kami pulang membawa semua sampel gambut kami. Kunjungan dan pekerjaan lapangan kami ini merupakan pengalaman pertama bagi semua rekan tim yang tidak akan terlupakan. Namun, perjalanan penelitian kami belum berakhir karena dua kontainer sampel gambut yang kami peroleh perlu “perhatian lebih lanjut” untuk kami teliti dan lebih banyak cerita lagi kedepannya yang dapat kami ungkapkan.
Guritno Safitri
Mahasiswi lulusan teknik Geologi tahun 2018 yang saat ini sedang melanjutkan pendidikan (Master of Science) di KU Leuven, Belgium dengan fokus ilmu Geography.
Ikuti Kami!